Memori Yang Hilang

Senang menyimpan benda yang memiliki memori untuk dikenang kembali, hal yang diturunkan oleh ayah-ibuku. Selain komik-komik lama, kaset-kaset atau CD-CD lama, aku senang menyimpan jurnal-jurnal lamaku, bahkan menyimpan percakapan-percakapan lama yang aku tulis ulang dalam jurnalku. ‘Artefak’ pribadi yang menyimpan banyak kenangan.

Hal yang paling menyenangkan buatku adalah membuka kotak atau peti yang tersimpan di satu ruangan di lantai atas rumahku tempat ‘artefak’ milik ayah dan ibuku berada seperti kiliping koran, majalah-majalah atau jurnal-jurnal lama, kemudian membuka lembaran-lembarannya. Pernah aku menemukan jurnalku saat SMA. Aku bisa duduk seharian untuk membaca ulang kenangan-kenangan yang tersimpan di dalamnya.

Hal ini berlanjut hingga aku bekerja. Aku senang menyimpan catatan-catatan yang aku tulis dengan cepat saat liputan, aku senang menyimpan dokumen-dokumen yang aku dapatkan dengan susah payah dari sumber beritaku, termasuk lembaran koran dengan headline berita by line namaku (untuk ini ayahku yang mengklipingkannya). Itu yang aku lakukan saat menjadi jurnalis.

Ketika bekerja di kantorku saat ini, merapikan dataku menjelang akhir pekan atau meluangkan waktu di hari Sabtu untuk merapikan data tersebut adalah kegiatan yang paling aku suka. Aku ingin data itu terorganisir dengan rapi untuk memudahkanku mencarinya kembali jika aku membutuhkannya. Terkadang, jika ingin mencari ide tulisan atau konsep acara, aku akan membuka file-file lama ataupun email-email lama. Sangat menyenangkan saat membaca dokumen atau email tersebut, seperti mengenang kembali hari-hari yang telah berlalu itu.

Beberapa pekan lalu, laptopku yang sudah usang tidak dapat aku nyalakan. Kemudian aku membawanya ke tim IT kantor untuk diperbaiki. Ada satu hari aku standby untuk ikut melihat proses data backup dari pagi hingga larut malam, mungkin sekitar 12 jam di kantor. Salah satu anak yang membantu proses ini bilang bahwa data backup butuh waktu beberapa hari. Beberapa hari lalu, aku dapat info bawa dataku tidak dapat ditarik untuk di-backup. Hasil kerjaku selama 6 tahun, termasuk press release yang aku buat, media report, plan dan strategi yang aku buat, semua hilang. Sesak banget rasanya sampai aku sulit bernapas normal, mataku memanas dan pandanganku mulai kabur. Dada terasa nyeri seperti kehilangan seseorang.

Pada akhirnya yang bisa aku lakukan adalah pasrah dan mengikhlaskan semuanya. Pedih banget rasanya tapi mau bagaimana lagi, hal-hal yang tidak dapat aku kendalikan harus bisa aku lepaskan supaya tidak sesak.

Aku pun teringat sifat ibuku, beliau memang suka mengenang masa lalu dan sulit menerima kenyataan yang pahit karena ia selalu berusaha untuk mengendalikan segala hal. Sifatnya itu sebetulnya menurun ke diriku. Tapi, aku mencoba untuk mengubah hal tersebut.

Beberapa tahun terakhir, aku suka menyimpan percakapan-percakapan dengan seseorang, tidak menghapus percakapan tersebut. Aku suka membaca ulang percakapan tersebut dan mengingat perasaanku padanya walau terkadang perih. Kini, aku mulai melepaskan hal tersebut. Aku mencoba untuk melepaskan hal-hal yang tak dapat aku kendalikan. Termasuk dalam hal hubungan dengan seseorang, tentunya aku tidak dapat mengendalikan perasaan dia atau emosinya. Aku takut ketika aku mengingatnya lagi akan terasa sesak. Aku melepaskan hal-hal tersebut. Serta memori mengenai dirinya. Momen-momen yang menyenangkan aku simpan seperti artefak, hanya sementara, setelah itu memori mengenai hal tersebut aku hapus dari ingatan agar tidak menjadi racun. Aku membiarkan memori itu hilang dengan sendirinya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s