Soal Pernikahan: Pilihan

Kali ini aku ingin menulis mengenai satu babak (bagi yang memilihnya) dalam kehidupan: pernikahan. Dulu aku pikir hidup itu: sekolah, kuliah, kerja, menikah, punya anak, membesarkan anak, pensiun, menua bersama pasangan, menjalaninya seperti orang-orang lainnya. Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Sebetulnya, hidup itu pilihan. Kuliah itu pilihan; kerja itu pilihan: kerja di kantor dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore atau kerja tanpa waktu yang jelas; menikah itu pilihan; memiliki anak adalah pilihan. Hidup adalah pilihan. Mungkin kalian yang membaca sudah menyadari itu. Aku baru benar-benar tersadar sekarang.

Pernah ada teman yang bilang, “waktu belum nikah, kita pikir ‘gue nggak bisa hidup tanpa dia’, salah banget, harusnya kita mikirnya ‘gue bisa hidup tanpa dia, tapi bisa nggak ya kita hidup sama dia selamanya?’ agar pernikahan terus berjalan normal.”  

Saat memilih untuk menikah, aku hanya berpikir “ya memang sudah waktunya dan aku mau hidup sama dia, sepertinya aku nggak bisa hidup tanpa dia”. Sebelum menikah, kami pernah tinggal bersama, aku merasa bahwa laki-laki ini sangat mengerti aku. Karena itu juga aku memilih untuk menikah dengannya.

Kami menikah dengan awal yang tentunya sangat manis, tapi tahun ketiga mulai terasa berbeda. Banyak tuntutan, dia mulai berubah, dan komunikasi pun mulai memburuk. Aku mulai kewalahan dengan tuntutan-tuntutan tersebut, berusaha kompromi tapi visi dan misi kami berbeda. Ternyata betul, aku bisa hidup tanpa dia, tapi aku sulit menerima hal-hal yang baru kuketahui setelah menikah dan melanjutkan pernikahanku. Kami pun mulai berpikir ulang mengenai pernikahan. Tapi, aku hamil. Kami berkompromi demi si bayi tapi aku masih tetap memikirkan ulang mengenai pernikahan terutama mengenai konsep bahwa perempuan harus tunduk terhadap laki-laki. Sampai saat ini aku masih berpikir bahwa kata yang tepat bukan tunduk tapi kompromi, kami harus saling memahami, kompromi dan setara. Tapi, konsep pernikahan aku dan dia berbeda. Visi dan misi kami dalam pernikahan berbeda.

Ketika mengetahui pernikahanku bermasalah, ibuku memarahiku dan bilang, “kok nggak bisa hidup normal sih?” Aku justru bertanya-tanya, hidup yang normal itu seperti apa ya? Aku merasa hidupku normal, apakah pernikahan yang berhenti di tengah jalan itu hal yang tak normal? Pernikahan ayah dan ibuku memang telah berlangsung 38-39 tahun, jika kalian melihatnya ya seperti pernikahan normal tapi aku melihatnya bahwa pernikahan mereka tidak normal. Aku lahir di bulan Juni, mereka menikah di bulan November tahun sebelumnya. Artinya aku lahir 7 bulan setelah mereka menikah, nenekku bilang aku lahir normal, 9 bulan. Selain itu, ibuku sibuk dengan dunianya di luar rumah dan teman-temannya selama bertahun-tahun, sejak aku kecil hingga saat ini. Ayahku sibuk dengan buku-bukunya, di ruang kerjanya yang muram, atau pergi ke pusat kesenian dan sastra bertemu dengan teman-temannya. Yang aku ingat mereka berdua juga memiliki masalah, aku ingat teriakan-teriakan mereka, tangisan dan drama, ibu membicarakan kekurangan ayahku, mereka sibuk dengan hidupnya masing-masing hingga anak-anaknya merasa tersisih. Apakah hal itu normal? Apakah pernikahan mereka normal karena mereka telah menikah hampir 40 tahun dan masih bersama? Mungkin mereka masih bersama karena mereka memilih untuk hidup bersama. Tapi, untuk pernikahanku, aku memilih untuk menyudahinya karena aku memiliki tanggung jawab besar dan merasa kewalahan dengan tanggung jawab istri.

Baru-baru ini aku berkata padanya, “dengan segala tuntutan sebagai istri dan ada 6 orang yang bergantung hidup padaku, maaf aku mengorbankan kamu dan hubungan kita.” Ia mengerti dan ingin tetap berteman baik demi anak kami. 

Aku rasa menyudahi pernikahan adalah hal yang normal untuk dilakukan, bukan? Pada akhirnya hidup harus memilih dan kalau kata Paulo Coelho, “to believe in your choice you don’t need to prove that other people’s choices are wrong.”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s