Resepku Untuk Menyayangi Diri

Ada momen yang kerap kali membuatku merasa sendu. Biasanya karena percakapan yang menjadi panas dengan seorang laki-laki. Menyulut reaksiku menjadi kasar kepadanya dan menjatuhkan rasa percaya diriku. Pada satu detik, aku mulai merasa cemas, takut kehilangan, dan rendah diri.

Sepanjang satu tahun terakhir, aku memulai proses panjang mengenal diriku sendiri, mendekap ketakutanku, mengakrabkan diri dengan perasaan cemas yang tak berkesudahan.

Hal pertama yang kulakukan adalah mengenali karakterku. Aku menyukai keramaian, aku seorang yang perasa, tapi juga ekspresif, meledak-ledak, dan emosional. Hal kecil yang kurang menyenangkan bisa membuatku merepet panjang. Hal kecil yang menyenangkan bisa membuatku tersenyum hingga dini hari dan tidak bisa tidur. Orang-orang yang mengenalku mungkin kesulitan menghadapi karakterku yang kerap berubah-ubah tergantung suasana hatiku. Mereka juga seringkali mendengarkan kata-kata tajam yang keluar dari mulutku. Bahwa sebetulnya aku seorang yang penyayang dan peduli dengan mereka mungkin tak terlihat karena aku selalu bersikap agresif dan reaktif.

Tahun-tahun sebelumnya, aku selalu merasa kecut jika malam tiba. Artinya, aku akan merasa sendiri, dingin, dan putus asa, seakan tidak ada harapan yang menyenangkan. Biasanya aku akan menghubungi seseorang hanya untuk merasa dicintai dan dibutuhkan. Secara tidak langsung aku selalu meminta keyakinan dari orang lain bahwa aku berharga dan dibutuhkan.

Bulan-bulan terakhir ini, malam menjelang tidur menjadi salah satu momen kesukaanku. Sebab aku bisa mengingat kembali hal yang aku lakukan sejak bangun tidur, kata-kata yang aku lontarkan, dan ekspresi wajahku. Aku peluk segalanya pada malam. Aku peluk kebaikan yang aku lakukan di hari itu, pun dosa yang aku lakukan.

Aku mendekap ketakutanku dan mengakrabkan diri dengan perasaan cemasku yang tak berkesudahan. Aku menerimanya, aku merangkul perasaan-perasaan negatif itu untuk berdamai dengan diriku.

Proses menyayangi diri terus berjalan mungkin sampai saat ini. Aku mencoba untuk lebih melunak, mengurangi emosi yang meledak-ledak, mencoba berkepala dingin. Sulit. Tapi, harus. Aku menyayangi diriku.

Kemudian, aku mulai menyukai tubuhku. Aku menyukai kulitku yang gelap. Mempercantik diri dengan lipstick berwarna merah gelap ataupun cokelat, bronzer di pipi agar kulit gelapku makin matang, dan menata rambutku. Aku menyukai sensualitasku. Mengenakan bra dengan renda yang cantik untuk payudara yang cukup besar. Mengenakan rok ketat untuk memperlihatkan pinggulku. Mengembalikan rasa percaya diriku untuk diriku sendiri. Aku jatuh cinta dengan diriku. Aku menerima diriku, aku menghargai diri sendiri dan melindungi diri dari emosi negatif.

Terakhir, aku menghindari orang-orang yang memberikan emosi negatif dalam hidupku. Ketika aku jatuh cinta pada diriku, aku menghargai diriku dan melindunginya dengan sekuat hati untuk tidak terjebak dalam emosi negatif yang menjadi racun dan bisa menyakitiku atau membunuhku. Maaf, tapi aku terlalu menyayangi persona ini.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s